|
MADANI Berkelanjutan Luncurkan “Merapah Banua”, Platform Kreatif Komunitas untuk Lestarikan Warisan Budaya dan Ekonomi Sirkular Ramah Lingkungan di Kapuas Hulu. |
PUTUSSIBAU - Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dikenal sebagai “The Heart of Borneo,” kini memiliki inisiatif kolaborasi baru yang menghubungkan kekayaan alam dan budaya lokal dengan publik. Melalui platform inovatif bernama "Merapah Banua," MADANI Berkelanjutan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan potensi lokal yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Inisiatif ini tak hanya menjadi jembatan bagi pelestarian alam dan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi komunitas lokal.
“Merapah Banua adalah langkah nyata untuk mengangkat nilai kekayaan alam dan budaya Kapuas Hulu. Budaya, manusia dan alam merupakan satu kesatuan. Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengembangkan berbagai potensi lokal yang ada, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya di wilayah ini maupun wilayah lain di Indonesia”, ucap Trias Fetra, Program Lead Komoditas Berkelanjutan di MADANI Berkelanjutan, pada saat meluncurkan platform “Merapah Banua” di acara Hulu Indonesia Festival (Hi-Fest) 2024 di Kota Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat pada 31 Agustus 2024.
Nama Merapah Banua berasal dari kata “merapah” yang artinya mengembara atau menjelajah, dan “banua” yang berarti negeri atau rumah. Melalui platform ini, MADANI Berkelanjutan mengajak masyarakat luas untuk menjelajahi dan lebih mengenal berbagai potensi Kapuas Hulu, serta mendorong masyarakat di hulu pada khususnya untuk berkolaborasi dalam mengembangkan wilayah tersebut.
Merapah Banua dirancang untuk menjadi ruang kreatif dan wadah bagi individu dan komunitas yang memiliki semangat yang sama dalam mengembangkan The Heart of Borneo. Melalui empat fitur utama, Merapah Banua membagikan kisah perjalanan mengeksplorasi alam dan budaya Kapuas Hulu melalui Cerita Perjalanan; mengenal kehidupan masyarakat adat Dayak dari dekat sekali bersama potensi komoditas lestari yang mereka miliki melalui Virtual Reality Tour 360°; terhubung dengan berbagai inisiatif kelompok anak muda yang berkomitmen melestarikan warisan budaya benda dan non benda Kapuas Hulu lewat rubrik Komunitas; serta mengapresiasi produk ramah alam dari tangan para perajin, pengusaha, dan UMKM setempat dengan berbelanja hasta karya mereka melalui pasar daring Pasar Rakyat Hulu.
"Komunitas-komunitas lokal di Kapuas Hulu memiliki potensi luar biasa. Merapah Banua hadir sebagai wadah informasi yang mengangkat nilai-nilai kearifan lokal, lingkungan sosial, dan budaya. Dengan melibatkan orang muda dari berbagai latar belakang di Kapuas Hulu, inisiatif ini dapat menyebarluaskan cerita dan nilai-nilai positif tersebut. Saya berharap, Merapah Banua dapat menjadi corong inspiratif yang mampu menggerakkan siapa pun untuk ambil bagian dalam gerakan ini," kata Agustinus Surya Indrawan, Ketua Putussibau Art Community (PAC).
“Pasar Rakyat Hulu adalah langkah awal bagi UMKM di Kapuas Hulu untuk memperkenalkan produk mereka secara lebih luas. Kami berharap ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, terutama bagi para perempuan perajin tenun yang juga berperan dalam konservasi hutan,” jelas Hardiyanti, founder Mahakarya Tenun, wadah pendokumentasian para perempuan perajin tenun Dayak Iban.
Merapah Banua diperkenalkan secara resmi pada publik pada acara Hulu Indonesia Festival (Hi-Fest) 2024 yang diselenggarakan di Aula Paroki Kota Putussibau. Dengan tema “Satu Bumi”, festival ini menampilkan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan Merapah Banua kepada publik dengan beberapa kegiatan, seperti Talkshow bertema “Berserikat untuk Alam dan Budaya” dengan menghadirkan beberapa tokoh penggiat lingkungan dan budaya pada Sabtu, 31 Agustus 2024. Dan Pameran Foto, Booth Virtual Tour, & Website Merapah Banua yang memberikan pengalaman interaktif bagi pengunjung untuk mengeksplorasi keindahan dan kekayaan budaya Kapuas Hulu lewat kacamata Virtual Tour 360° pada Jumat-Sabtu 30-31 Agustus 2024.
Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak di Kalimantan Barat selama ini dikenal dengan areal hutan luas dan keanekaragaman hayatinya. Wilayah ini, bersama dengan Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Brunei, Sarawak, dan Sabah (Malaysia) menjadi rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna unik yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti tengkawang hingga karet. Namun, potensi besar ini masih membutuhkan pengelolaan yang tepat agar dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian tanpa merusak lingkungan.
MADANI Berkelanjutan, sebuah lembaga nirlaba yang beberapa tahun terakhir fokus melakukan riset dan advokasi di Kapuas hulu, merespon tantangan ini dengan menggagas Merapah Banua. Inisiatif ini merupakan platform kolaboratif yang melibatkan komunitas-komunitas lokal untuk menghubungkan potensi budaya dan ekonomi sirkular ramah lingkungan di Kapuas Hulu dengan pasar yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Melalui Merapah Banua, MADANI Berkelanjutan berharap dapat membangun sinergi yang kuat antara pelaku usaha, komunitas lokal, dan pemerintah dalam pengembangan potensi daerah yang berkelanjutan. Platform ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi kolaborasi yang lebih luas dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat di Kapuas Hulu. Dengan semangat “Dari Kapuas Hulu untuk Kapuas Hulu”, Merapah Banua mengajak semua pihak untuk berkontribusi, berkolaborasi, berinteraksi, dan berdaya bersama.