Pontianak - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat, Heronimus Hero mengatakan pihaknya melakukan langkah antisipasi atas wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan berkuku belah seperti sapi, babi, kerbau, dan domba yang masuk di Indonesia sejak awal Desember 2024.
"Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) mengambil langkah proaktif untuk memastikan wilayahnya tetap terbebas dari ancaman ini," kata Hero di Pontianak, Senin.
Dia menjelaskan, hingga saat ini, sebanyak 8.483 kasus PMK telah dilaporkan secara nasional, dengan 223 kematian dan 73 pemotongan paksa hewan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Wabah tersebut tercatat menyebar di sembilan provinsi, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Meski demikian, Kalimantan Barat hingga kini belum mencatatkan kasus PMK di wilayahnya," tuturnya.
Heronimus Hero mengungkapkan pihaknya telah menyiapkan langkah mitigasi yang melibatkan vaksinasi, pengawasan lalu lintas hewan, serta peningkatan kesadaran masyarakat.
"Kami bersyukur bahwa hingga saat ini Kalbar masih bebas dari wabah PMK. Namun, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan dengan menyiapkan langkah antisipasi. Kami telah menyiapkan 19.050 dosis vaksin dan memperketat pengawasan lalu lintas hewan di perbatasan," kata dia.
Vaksinasi menjadi langkah utama dalam mencegah penyebaran PMK. Pemerintah daerah juga sedang berupaya mendapatkan tambahan anggaran untuk memastikan ketersediaan vaksin yang cukup, mengingat populasi hewan ternak di Kalbar yang cukup besar.
Selain vaksinasi, pengawasan ketat terhadap lalu lintas hewan yang masuk ke Kalbar menjadi prioritas utama. Setiap hewan ternak yang dikirim ke wilayah ini wajib dilengkapi dokumen kesehatan resmi dan diperiksa oleh petugas di titik-titik perbatasan.
"Kami bekerja sama dengan dinas terkait dan aparat di lapangan untuk memastikan hewan-hewan yang masuk ke Kalbar dalam kondisi sehat. Langkah ini penting untuk mencegah risiko penyebaran penyakit yang dapat merugikan peternak lokal," kata Heronimus.
Langkah-langkah antisipatif ini bertujuan untuk melindungi populasi ternak lokal, yang menjadi salah satu komponen penting dalam ketahanan pangan di Kalbar. Sebagai provinsi dengan populasi ternak yang cukup besar, potensi kerugian akibat PMK bisa sangat signifikan jika tidak ditangani dengan baik.
"PMK bukan hanya ancaman bagi kesehatan hewan, tetapi juga dapat berdampak pada perekonomian peternak serta ketersediaan pangan di wilayah ini. Oleh karena itu, kami terus berupaya maksimal agar Kalbar tetap bebas dari wabah ini," tuturnya.
Selain langkah teknis, pemerintah juga fokus pada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, terutama para peternak, mengenai gejala dan cara mencegah PMK.
Pemerintah berharap peternak lebih waspada dan segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda penyakit pada hewan mereka, seperti lepuh di mulut dan kuku, demam tinggi, serta produksi susu yang menurun.
Heronimus menegaskan bahwa keberhasilan langkah antisipasi ini tidak lepas dari peran aktif masyarakat.
"Kolaborasi antara pemerintah, peternak, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam mencegah masuknya PMK ke Kalbar. Kami akan terus memperkuat komunikasi dan edukasi agar semua pihak memahami pentingnya menjaga kesehatan hewan ternak," kata dia.*
Pewarta : Rendra Oxtora/ANTARA
*BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS